Path: Top � YYS AKBID HELVETIA PEKANBARU
PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PEMBERIAN VITAMIN K PADA BAYI BARU LAHIR DI DESA KABUN KECAMATAN KABUN KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2009
Oleh : : SITI PADILA (akbidpku@helvetia.ac.id)
Dibuat : , dengan 1 file
Keyword : bidan, pemberian vitamin K pada bayi baru lahir
Url : http://helvetia.ac.id/library
Vitamin K merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Hampir semua di dunia merekomendasikan pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir (Depertemen Kesehatan, 2004).
Vitamin K diberikan guna mencegah terjadinya perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK). Manifestasi klinik yang sering ditemukan pada bayi â bayi yang menderita kekurangan vitamin K adalah perdarahan, pucat, dan pembesaran liver ringan. Perdarahan bisa terjadi spontan atau akibat trauma, terutama pada proses kelahiran. Kebanyakan kasus perdarahan terjadi dikulit, mata, hidung, dan saluran cerna. Kekurangan vitamin K mengakibatkan komplikasi perdarahan dalam otak sang bayi dengan angka kejadian sekitar 63 %, gejala yang timbul bila terjadi perdarahan dalam otak adalah sakit kepala, muntah, ubun â ubun menonjol, pucat hingga kejang (Erik, 2005).
Para ahli menganjurkan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir sebab bayi baru lahir cenderung memiliki kadar vitamin K dan cadangan vitamin K dalam hati yang relatif lebih rendah. Sementara itu kandungan vitamin K berasal dari air susu ibu (ASI) rendah, sedangkan kandungan vitamin K dari makanan tambahan dan sayuran belum dimulai. Hal inilah yang menyebabkan bayi cenderung mengalami defisiensi vitamin K sehingga
berisiko tinggi untuk mengalami perdarahan intrakranial (Anonymous, 2007).
Di beberapa negara Asia angka kesakitan bayi karena perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) berkisar 1: 1.200 sampai 1: 1.400 kelahiran hidup, angka tersebut dapat turun menjadi 10: 100.000 kelahiran hidup dengan pemberian 1,2 profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir. Permasalahan akibat perdarahan defisiensi vitamin K adalah terjadinya perdarahan otak dengan angka kejadian 10-50% yang umumnya terjadi pada bayi dalam rentang umur 6 bulan sampai 2 tahun, dengan akibat angka kecacatan 30-50% (Ilmu Kesehatan Anak, 2004).
Vitamin K ditemukan pada tahun 1935 oleh Dam Cs, dari hasil penemuannya dapat ditentukan bahwa vitamin K merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak (Kartasapoetra, 2005).
Di negara Amerika Serikat ditemukan, frekuensi perdarahan akibat defisiensi vitamin K yang dilaporkan bervariasi antara 0,25-1,7%. Angka kejadian perdarahan akibat defisiensi vitamin K ditemukan lebih tinggi pada daerah â daerah yang tidak memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi baru lahir. Berdasarkan hasil survei di Jepang ditemukan kasus komplikasi perdarahan intrakranial sebesar 81%, sedangkan di negara Thailand angka kejadian perdarahan intrakranial karena perdarahan akibat defisiensi vitamin K sebanyak 82% atau 524 kasus dari 641 penderita defisiensi vitamin K. Angka kejadian pada kedua negara ini menurun setelah diperkenalkannya pemberian profilaksis pada semua bayi baru lahir (Erik, 2005).
Pada studi selama 10 tahun melibatkan 72.000 orang di AS, diketahui bahwa orang yang kebutuhan vitamin K nya tercukupi akan 33% lebih rendah mengalami patah tulang pinggang. Vitamin K juga mencegah sitokin, pembawa pesan yang jumlahnya makin meningkat dan menyebabkan pembengkakan sambungan tulang saat tubuh menua (Woman, 2005).
Indonesia adalah negara yang sedang berkembang yang mempunyai angka kematian bayi (AKB) 41,4 per 1.000 kelahiran hidup yang diproyeksikan akan menjadi 18 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 2025) sehingga perlu upaya yang keras dalam mencapai sasaran tersebut. Salah satu upaya menurunkan angka kematian bayi adalah dengan mencegah terjadinya perdarahan otak pada bayi baru lahir sebagai akibat kekurangan vitamin K. Di Indonesia sampai saat ini belum ada data secara nasional mengenai angka kejadian perdarahan akibat defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir. Data yang ada berasal dari tiap â tiap rumah sakit, antara lain dari bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia â Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2000-2001 terdapat 35 kasus. 31 kasus (81%) mengalami komplikasi perdarahan intrakranial dengan angka kematian 20%. Pada kurun waktu 2002-2003 di temukan 10 kasus dan 7 kasus perdarahan akibat defisiensi vitamin K di RSUP Dr. Soetomo-Surabaya dengan angka kematian 3%, 3 kasus di RSU Dr. Sardjito-Yokyakarta, 6 kasus di RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo â Makasar. (Ilmu Kesehatan Anak, 2004).
Vitamin K merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Hampir semua di dunia merekomendasikan pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir (Depertemen Kesehatan, 2004).
Vitamin K diberikan guna mencegah terjadinya perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK). Manifestasi klinik yang sering ditemukan pada bayi â bayi yang menderita kekurangan vitamin K adalah perdarahan, pucat, dan pembesaran liver ringan. Perdarahan bisa terjadi spontan atau akibat trauma, terutama pada proses kelahiran. Kebanyakan kasus perdarahan terjadi dikulit, mata, hidung, dan saluran cerna. Kekurangan vitamin K mengakibatkan komplikasi perdarahan dalam otak sang bayi dengan angka kejadian sekitar 63 %, gejala yang timbul bila terjadi perdarahan dalam otak adalah sakit kepala, muntah, ubun â ubun menonjol, pucat hingga kejang (Erik, 2005).
Para ahli menganjurkan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir sebab bayi baru lahir cenderung memiliki kadar vitamin K dan cadangan vitamin K dalam hati yang relatif lebih rendah. Sementara itu kandungan vitamin K berasal dari air susu ibu (ASI) rendah, sedangkan kandungan vitamin K dari makanan tambahan dan sayuran belum dimulai. Hal inilah yang menyebabkan bayi cenderung mengalami defisiensi vitamin K sehingga
berisiko tinggi untuk mengalami perdarahan intrakranial (Anonymous, 2007).
Di beberapa negara Asia angka kesakitan bayi karena perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) berkisar 1: 1.200 sampai 1: 1.400 kelahiran hidup, angka tersebut dapat turun menjadi 10: 100.000 kelahiran hidup dengan pemberian 1,2 profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir. Permasalahan akibat perdarahan defisiensi vitamin K adalah terjadinya perdarahan otak dengan angka kejadian 10-50% yang umumnya terjadi pada bayi dalam rentang umur 6 bulan sampai 2 tahun, dengan akibat angka kecacatan 30-50% (Ilmu Kesehatan Anak, 2004).
Vitamin K ditemukan pada tahun 1935 oleh Dam Cs, dari hasil penemuannya dapat ditentukan bahwa vitamin K merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak (Kartasapoetra, 2005).
Di negara Amerika Serikat ditemukan, frekuensi perdarahan akibat defisiensi vitamin K yang dilaporkan bervariasi antara 0,25-1,7%. Angka kejadian perdarahan akibat defisiensi vitamin K ditemukan lebih tinggi pada daerah â daerah yang tidak memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi baru lahir. Berdasarkan hasil survei di Jepang ditemukan kasus komplikasi perdarahan intrakranial sebesar 81%, sedangkan di negara Thailand angka kejadian perdarahan intrakranial karena perdarahan akibat defisiensi vitamin K sebanyak 82% atau 524 kasus dari 641 penderita defisiensi vitamin K. Angka kejadian pada kedua negara ini menurun setelah diperkenalkannya pemberian profilaksis pada semua bayi baru lahir (Erik, 2005).
Pada studi selama 10 tahun melibatkan 72.000 orang di AS, diketahui bahwa orang yang kebutuhan vitamin K nya tercukupi akan 33% lebih rendah mengalami patah tulang pinggang. Vitamin K juga mencegah sitokin, pembawa pesan yang jumlahnya makin meningkat dan menyebabkan pembengkakan sambungan tulang saat tubuh menua (Woman, 2005).
Indonesia adalah negara yang sedang berkembang yang mempunyai angka kematian bayi (AKB) 41,4 per 1.000 kelahiran hidup yang diproyeksikan akan menjadi 18 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 2025) sehingga perlu upaya yang keras dalam mencapai sasaran tersebut. Salah satu upaya menurunkan angka kematian bayi adalah dengan mencegah terjadinya perdarahan otak pada bayi baru lahir sebagai akibat kekurangan vitamin K. Di Indonesia sampai saat ini belum ada data secara nasional mengenai angka kejadian perdarahan akibat defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir. Data yang ada berasal dari tiap â tiap rumah sakit, antara lain dari bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia â Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2000-2001 terdapat 35 kasus. 31 kasus (81%) mengalami komplikasi perdarahan intrakranial dengan angka kematian 20%. Pada kurun waktu 2002-2003 di temukan 10 kasus dan 7 kasus perdarahan akibat defisiensi vitamin K di RSUP Dr. Soetomo-Surabaya dengan angka kematian 3%, 3 kasus di RSU Dr. Sardjito-Yokyakarta, 6 kasus di RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo â Makasar. (Ilmu Kesehatan Anak, 2004).
Beri Komentar ?#(0) | _BOOKMARK
Properti | Nilai Properti |
---|---|
ID Publisher | SUPTHELPP |
_ORGANIZATION | |
Nama Kontak | Alfiansyah, S.Kom., M.Kom |
Alamat | Kapten Sumarsono |
Kota | Medan |
Daerah | Sumutara Utara |
Negara | Indonesia |
Telepon | +62 852-7055-6169 |
Fax | Not Available |
E-mail Administrator | fiandeal@yahoo.com |
E-mail CKO | fiandeal@yahoo.com |
_PRINTTHISPAGE
Kontributor...
- RUMY PURWANINGSIH, SKM, Editor: info@helvetia.ac.id@supthelpp